Mengelola proyek yang sedang berjalan, terutama di industri seperti konstruksi dan manufaktur, seringkali dihadapkan pada tantangan besar dalam memantau kesehatan finansial. Tanpa visibilitas yang jelas terhadap biaya aktual dan progres pekerjaan, perusahaan berisiko mengalami pembengkakan anggaran, arus kas yang terganggu, dan profitabilitas yang menurun. Keputusan strategis yang diambil pun bisa jadi tidak didasarkan pada data yang akurat, sehingga membahayakan keberlangsungan proyek itu sendiri.
Di sinilah peran krusial laporan Work In Progress (WIP) dibutuhkan sebagai instrumen vital untuk mengukur kesehatan finansial proyek. Dengan memahami cara menyusunnya, perusahaan dapat mengontrol anggaran secara proaktif, mengoptimalkan arus kas, dan membuat keputusan strategis yang lebih akurat. Artikel ini akan memberikan contoh laporan WIP yang komprehensif, lengkap dengan panduan langkah demi langkah untuk membuatnya secara efektif di tahun 2025.
Key Takeaways

Laporan WIP (Work In Progress) adalah instrumen finansial vital untuk memantau profitabilitas dan kesehatan proyek yang sedang berjalan.
Komponen utamanya meliputi nilai kontrak, estimasi biaya, biaya aktual, persentase penyelesaian, dan total tagihan hingga saat ini.
Lorem ipsum dolor sitamet consectetur vulputate urna pellentesque vestibulum eununc lacusvelit nullaarcu.

Apa Itu Laporan WIP (Work In Progress)?
Laporan WIP adalah sebuah ringkasan finansial yang merinci status semua proyek yang belum selesai dalam satu periode akuntansi tertentu. Dokumen ini tidak hanya melacak biaya yang telah dikeluarkan, tetapi juga membandingkannya dengan anggaran dan progres fisik pekerjaan. Laporan ini berfungsi sebagai jembatan penting antara data teknis dari tim manajemen proyek dan laporan keuangan formal perusahaan, seperti laporan laba rugi dan neraca.
Secara esensial, laporan WIP memberikan gambaran apakah sebuah proyek berjalan sesuai rencana, baik dari segi biaya maupun jadwal. Laporan ini sangat krusial bagi industri yang operasionalnya berbasis proyek dengan siklus panjang, seperti konstruksi, manufaktur pesanan khusus, dan layanan profesional (misalnya, agensi kreatif atau firma konsultan). Dengan data dari laporan ini, perusahaan bisa mengakui pendapatan secara akurat seiring berjalannya proyek.
Mengapa Laporan WIP Penting untuk Bisnis Anda?
Laporan WIP memberikan visibilitas mendalam terhadap profitabilitas dan efisiensi setiap proyek yang sedang berjalan. Dengan data yang akurat, manajemen dapat mengidentifikasi potensi masalah lebih awal dan mengambil tindakan korektif sebelum masalah tersebut membesar. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penyusunan laporan WIP secara rutin.
1. Meningkatkan visibilitas keuangan proyek
Manfaat paling mendasar dari laporan WIP adalah kemampuannya memberikan gambaran finansial yang transparan. Anda dapat dengan mudah melihat berapa biaya yang sudah dihabiskan, berapa banyak yang sudah ditagihkan ke klien, dan bagaimana perbandingannya dengan anggaran awal. Visibilitas ini membantu manajer proyek dan pemangku kepentingan lainnya untuk memahami posisi keuangan proyek secara real-time, tanpa harus menunggu hingga proyek selesai. Informasi ini sangat penting untuk menghindari kejutan tidak menyenangkan seperti biaya tak terduga yang tiba-tiba muncul di akhir proyek.
2. Mendukung pengambilan keputusan strategis
Data yang disajikan dalam laporan WIP adalah dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan. Misalnya, jika laporan menunjukkan bahwa biaya aktual jauh melampaui anggaran pada tahap awal, manajemen dapat segera melakukan investigasi. Mereka bisa memutuskan untuk menegosiasikan ulang dengan subkontraktor, mencari pemasok material alternatif, atau menyesuaikan alur kerja untuk meningkatkan efisiensi. Tanpa laporan WIP, keputusan semacam ini seringkali bersifat reaktif dan terlambat, sehingga dampaknya kurang signifikan.
3. Mengoptimalkan arus kas (cash flow)
Laporan WIP membantu mengelola arus kas dengan menunjukkan status penagihan (billing) dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Jika kolom billings to date lebih rendah dari cost to date (kondisi under-billed), itu artinya perusahaan telah mengeluarkan lebih banyak uang daripada yang diterima dari klien. Mengetahui hal ini memungkinkan tim keuangan untuk mempercepat siklus penagihan atau berkomunikasi dengan klien untuk memastikan pembayaran tepat waktu, sehingga menjaga likuiditas perusahaan tetap sehat.
4. Memastikan kepatuhan dan pelaporan akurat
Dari sudut pandang akuntansi, laporan WIP sangat penting untuk metode pengakuan pendapatan berbasis persentase penyelesaian (Percentage of Completion Method). Menurut standar akuntansi keuangan, perusahaan dapat mengakui pendapatan dari proyek jangka panjang seiring dengan progresnya, bukan menunggu hingga proyek 100% selesai. Laporan WIP menyediakan data yang diperlukan untuk menghitung pendapatan yang dapat diakui secara akurat, memastikan laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Komponen Utama dan Contoh Laporan WIP
Komponen dalam sebuah laporan WIP dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan industri dan kompleksitas proyek. Namun, terdapat beberapa elemen inti yang wajib ada untuk memberikan gambaran 360 derajat mengenai status finansial proyek. Berikut adalah komponen utama beserta contoh format laporannya yang bisa Anda adaptasi.
1. Nilai Kontrak (Contract Value)
Ini adalah jumlah total pendapatan yang disepakati dengan klien untuk menyelesaikan seluruh proyek, sebagaimana tercantum dalam kontrak awal. Nilai ini menjadi dasar perhitungan pendapatan dan profitabilitas. Jika ada perubahan pekerjaan atau penambahan (variation order), nilai kontrak harus diperbarui untuk mencerminkan kesepakatan terbaru. Angka ini adalah patokan utama untuk mengukur kinerja finansial proyek secara keseluruhan dari awal hingga akhir.
2. Estimasi Biaya (Estimated Cost)
Estimasi biaya, atau biasa disebut anggaran proyek, adalah total biaya yang diproyeksikan untuk menyelesaikan proyek. Ini mencakup semua komponen biaya, seperti material, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya subkontraktor, dan overhead. Anggaran ini disusun pada tahap perencanaan dan menjadi tolok ukur untuk mengontrol pengeluaran. Estimasi biaya yang akurat adalah kunci untuk memastikan proyek tetap profitabel dan berjalan sesuai rencana finansial.
3. Biaya Aktual Hingga Saat Ini (Cost to Date)
Komponen ini mencatat semua biaya yang telah benar-benar dikeluarkan untuk proyek dari awal hingga tanggal pelaporan. Data ini harus ditarik dari sistem akuntansi perusahaan dan mencakup semua faktur dari pemasok, biaya gaji tenaga kerja, dan pengeluaran lainnya yang sudah dibayarkan atau terutang. Membandingkan biaya aktual dengan estimasi biaya pada persentase penyelesaian yang sama membantu mengidentifikasi adanya pembengkakan biaya (cost overrun) lebih dini.
4. Persentase Penyelesaian (% of Completion)
Ini adalah metrik yang menunjukkan seberapa jauh progres proyek telah berjalan, biasanya dinyatakan dalam persentase. Metode perhitungannya bisa bervariasi, namun yang paling umum digunakan dalam akuntansi adalah metode Cost-to-Cost, yaitu dengan membagi biaya aktual hingga saat ini dengan total estimasi biaya. Persentase ini sangat penting karena menjadi dasar untuk menghitung pendapatan yang dapat diakui pada periode tersebut.
5. Total Tagihan (Billings to Date)
Angka ini menunjukkan jumlah kumulatif yang telah ditagihkan kepada klien hingga tanggal pelaporan. Membandingkan total tagihan dengan pendapatan yang diakui (dihitung dari % penyelesaian) akan menunjukkan apakah proyek dalam kondisi over-billed (penagihan melebihi progres) atau under-billed (progres melebihi penagihan). Informasi ini sangat penting untuk manajemen arus kas dan pelaporan neraca keuangan perusahaan.
6. Proyeksi Laba/Rugi (Projected Profit/Loss)
Ini adalah perkiraan keuntungan atau kerugian akhir dari proyek, dihitung dengan mengurangkan total estimasi biaya dari nilai kontrak. Seiring berjalannya proyek, jika estimasi biaya untuk menyelesaikannya berubah (misalnya, karena kenaikan harga material), maka proyeksi laba/rugi juga harus diperbarui. Metrik ini memberikan sinyal awal kepada manajemen tentang profitabilitas akhir proyek, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan jika proyeksi menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Berikut adalah contoh format tabel laporan WIP untuk dua proyek fiktif dari industri yang berbeda:
Deskripsi Komponen | Proyek Konstruksi Gedung A | Proyek Manufaktur Mesin B |
---|---|---|
1. Nilai Kontrak | Rp 5.000.000.000 | Rp 800.000.000 |
2. Estimasi Biaya | Rp 4.000.000.000 | Rp 650.000.000 |
3. Biaya Aktual (Cost to Date) | Rp 2.000.000.000 | Rp 390.000.000 |
4. Persentase Penyelesaian (3 / 2) | 50% | 60% |
5. Total Tagihan (Billings to Date) | Rp 2.200.000.000 | Rp 400.000.000 |
6. Proyeksi Laba (1 – 2) | Rp 1.000.000.000 | Rp 150.000.000 |
Panduan Langkah-demi-Langkah Cara Membuat Laporan WIP
Membuat laporan WIP secara manual membutuhkan ketelitian tinggi dan data yang terorganisir dengan baik. Proses ini memastikan semua angka yang disajikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, memberikan landasan yang kokoh untuk analisis keuangan. Ikuti empat langkah utama berikut untuk menyusun laporan WIP yang andal dan informatif.
1. Kumpulkan semua data proyek yang relevan
Langkah pertama adalah mengumpulkan semua dokumen dan data finansial yang terkait dengan proyek. Ini termasuk kontrak asli dengan klien, semua estimasi biaya atau anggaran awal, catatan semua biaya aktual yang telah dikeluarkan (faktur, slip gaji, bukti pembayaran), dan total nilai tagihan yang telah dikirimkan ke klien. Pastikan data ini terpusat dan mudah diakses, idealnya melalui sistem akuntansi atau manajemen proyek yang terintegrasi. Kelengkapan dan keakuratan data pada tahap ini akan menentukan kualitas laporan akhir.
2. Hitung persentase penyelesaian proyek
Setelah semua data biaya terkumpul, langkah selanjutnya adalah menghitung persentase penyelesaian. Metode yang paling umum dan diterima secara akuntansi adalah metode Cost-to-Cost. Rumusnya adalah dengan membagi total biaya aktual yang telah dikeluarkan (Cost to Date) dengan total estimasi biaya proyek. Sebagai contoh, jika estimasi biaya proyek adalah Rp 1 miliar dan biaya aktual yang sudah dikeluarkan adalah Rp 400 juta, maka persentase penyelesaiannya adalah 40%. Metode ini memberikan ukuran progres yang objektif berdasarkan input finansial.
3. Kalkulasi pendapatan dan biaya yang diakui
Dengan persentase penyelesaian yang sudah diketahui, Anda kini dapat menghitung pendapatan yang bisa diakui untuk periode tersebut. Kalikan persentase penyelesaian dengan total nilai kontrak proyek. Misalnya, jika nilai kontrak adalah Rp 1,2 miliar dan progresnya 40%, maka pendapatan yang diakui adalah Rp 480 juta. Selanjutnya, bandingkan pendapatan yang diakui ini dengan biaya aktual (Rp 400 juta) untuk mengetahui laba kotor yang diakui pada periode tersebut, yaitu sebesar Rp 80 juta. Perhitungan ini penting untuk laporan laba rugi perusahaan.
4. Analisis varians dan buat penyesuaian
Langkah terakhir adalah menganalisis hasil laporan. Bandingkan biaya aktual dengan anggaran pada tingkat penyelesaian yang sama untuk mengidentifikasi adanya selisih atau varians. Selain itu, bandingkan juga total tagihan dengan pendapatan yang diakui untuk mengetahui status over-billed atau under-billed. Temuan ini harus didiskusikan dengan tim proyek untuk memahami penyebabnya dan jika perlu, lakukan penyesuaian pada estimasi biaya atau strategi penagihan untuk sisa proyek.
Otomatisasi Laporan WIP dengan Software Manajemen Proyek
Penyusunan laporan WIP secara manual, meskipun dapat dilakukan, sangat rentan terhadap human error dan memakan banyak waktu. Proses pengumpulan data dari berbagai sumber, perhitungan manual, dan konsolidasi dalam spreadsheet seringkali tidak efisien dan berisiko menghasilkan data yang tidak akurat. Kesalahan kecil dalam input data dapat menyebabkan analisis profitabilitas yang keliru dan pengambilan keputusan yang salah arah, yang pada akhirnya merugikan perusahaan.
Solusi modern seperti software konstruksi hadir untuk mengotomatiskan seluruh proses ini. Dengan mengintegrasikan data dari berbagai departemen seperti keuangan, pengadaan, dan operasional lapangan, sistem ini mampu menarik data biaya, progres pekerjaan, dan tagihan secara real-time. Laporan WIP dapat dihasilkan secara otomatis hanya dengan beberapa klik, menyajikan data yang selalu terkini dan akurat, serta membebaskan waktu tim Anda untuk fokus pada analisis strategis, bukan lagi pada pengumpulan data manual.
Kesimpulan
Laporan WIP adalah alat yang tak ternilai bagi perusahaan berbasis proyek untuk menjaga kontrol finansial, memastikan profitabilitas, dan mendukung pengambilan keputusan yang cerdas. Dengan memahami komponen utamanya dan mengikuti langkah-langkah penyusunannya, Anda dapat memperoleh visibilitas yang jelas terhadap kesehatan setiap proyek. Untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi, pertimbangkan untuk mengadopsi solusi digital seperti software manajemen proyek yang dapat mengotomatiskan proses ini, memungkinkan Anda fokus pada analisis dan strategi untuk pertumbuhan bisnis.